• UGM
  • Geografi UGM
  • IT Center
  • Etalase Kerja Sama Dalam Negeri
  • Bahasa Indonesia
    • English
    • Bahasa Indonesia
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Geografi
Unit Kerja Sama Dalam Negeri
  • Tentang
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Susunan Anggota
  • Etalase Kerja Sama
    • Etalase Riset dan Kerja Sama
    • Executive Training
    • Informasi Kerja Sama
      • Mitra Kerja Sama
      • Panduan Kerja Sama (SOP)
      • Laporan Kerja Sama
      • Agenda
  • Peta Kerja Sama
  • Kontak
  • Beranda
  • Produk
  • Penyusunan Kajian Perkembangan Kawasan Sekitar Selokan Mataram

Penyusunan Kajian Perkembangan Kawasan Sekitar Selokan Mataram

  • 12 Januari 2022, 13.58
  • Oleh: dikiakhyar
  • 0

Mitra: Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Daerah Istimewa
PIC: Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T.

Kategori: Pengembangan Wilayah
  • Deskripsi

Deskripsi

Pembangunan Jalan Tol yang akan melewati Daerah Istimewa Yogyakarta semakin mendekati kenyataan.  Rencana  trase  yang  akan digunakan  sudah  ada,  dan bisa  menjadi gambaran bagaimana jalan  tol nanti akan diwujudkan. Pembangunan jalan tol tidak hanya memberikan dampak pada pergerakan barang dan orang,  tetapi juga  memberikan dampak tidak  langsung  bagi daerah  di  sekitar jalan  tol.  Dengan  potensinya  yang  sangat besar, keberhasilan  mewujudkan jalan  tol  akan  berdampak  pada  sektor  lain  yang mendukung aktivitas perekonomian daerah.

Salah satu kawasan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang akan terkena dampak oleh pembangunan jalan  tol  adalah Kawasan  Selokan Mataram.  Selokan Mataram merupakan salah satu landmark yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.  Selokan ini sebenamya bukan sungai  alami,  melainkan sungai  buatan  yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.  Selokan Mataram dibangun pada masa Jepang atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono IX agar rakyat Yogyakarta terhindar dari kerja paksa penjajah Jepang. Pada masa itu Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja  untuk membangun di berbagai daerah. Proyek tersebut terutama  untuk memperkuat kedudukan mereka di Nusantara,  terlebih dalam menghadapi pihak sekutu yang sewaktu-waktu menyerang.  Agar rakyat Yogyakarta tidak dipekerjakan sebagai romusha di berbagai  daerah,  Sri Sultan HB IX berinisiatif membuat selokan tersebut. Usaha itu membuahkan hasil sehingga rakyat Yogyakarta terhindar dari kerja paksa.

Sesuai tujuannya,  hingga saat ini pemanfaatan Selokan Mataram terbatas pada saluran irigasi  bagi  persawahan  yang  dilalui  Selokan Mataram.  Selokan yang berhulu di Sungai Progo  di  Bendungan Karang  Talun,  Dusun  Ancol,  Desa  Bligo,  Kecamatan  Ngluwar, Kabupaten Magelang   ini  kemudian membagi dua alirannya, yaitu saluran Van Der Wijck untuk mengairi   persawahan  dan perkebunan  di  daerah  Moyudan  kemudian  ke Selatan serta   saluran Selokan Mataram yang berlanjut masuk ke wilayah  kota  Yogyakarta sampai bermuara di Sungai Opak, Kabupaten Klaten.

Selokan Mataram memiliki jalan inspeksi yang digunakan sebagai akses untuk melakukan  inspeksi terhadap  saluran  irigasi  tersebut.  Jalan  inspeksi  tersebut  berada  di sepanjang  selokan mataram, pada  sisi  samping  selokan.  Keberadaan jalan  inspeksi yang cukup lebar juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai akses berkendara ke berbagai lokasi tujuan.

Tumbuh sebagai jalur  perdagangan  yang sangat ramai membuat  selokan mataram sebagai kawasan yang sangat “sibuk”.  Setiap harinya hilir mudik kendaraan  lewat dan tak jarang menimbulkan  kemacetan  di beberapa  lokasi.  Semua perubahan yang terjadi pada kawasan selokan mataram selama ini juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti pencemaran air selokan oleh buangan air limbah,  genangan air hujan di jalan, banjir yang  terjadi  di  selokan  akibat dari  aliran permukaan  air hujan  yang  masuk  ke  selokan mataram, dan dampak negatif lainnya.

Kawasan  Selokan Mataram tidak hanya mencakup pada selokan dan jalannya  saja, namun juga mencakup wilayah permukiman penduduk di sekeliling Selokan Mataram. Peningkatan jalan inspeksi menjadi jalan yang dapat digunakan masyarakat sebagai akses ke berbagai tujuan  membuat kawasan di sekitar selokan mataram cepat berkembang sehingga mendongkrak  pertumbuhan permukiman   dan  perdagangan  di  sekitar  kawasan  selokan mataram.  Hal  tersebut  berkorelasi dengan  dibangunnya  sarana prasarana  lainnya  seperti sekolah, perguruan tinggi, pusat -pusat perbelanjaan dan lain sebagainya.

Dampak adanya jalan tol akan dirasakan khususnya bagi daerah yang dilalui jalan tol, antara lain peningkatan kunjungan wisatawan,  perdagangan,  dan percepatan pembangunan. Kesiapan  dan dukungan pemerintah daerah (pemda) dibutuhkan untuk menyiapkan potensi daerahnya. Oleh karena itu, pemerintah harus berupaya maksimal dan melakukannya secara terencana,  sistematis, dan terukur  agar pembangunan  dan pengembangan jalan  tol  dapat terlaksana dengan baik.

Produk Terkait

  • Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perkotaan Baru di Kawasan Transmigrasi Telang, Kab. Banyuasin, Prov. Sumatera Selatan Dalam Rangka Mendukung Konsep Transpolitan

    Baca selengkapnya
  • Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kutai Barat

    Baca selengkapnya
  • Kajian Dampak Rencana Pembangunan Jalan Tol Terhadap Perkembangan Kawasan Exit Tol Banyurejo Tempel

    Baca selengkapnya
  • Rencana Aksi Daerah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Rad Tpb/Sdgs) Kota Madiun 2022

    Baca selengkapnya

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Universitas Gadjah Mada

UNIT KERJA SAMA DALAM NEGERI
Unit Kerja Sama Dalam Negeri, KLMB Lt. 5, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
  ukdn.geo@ugm.ac.id
cc: geografi@ugm.ac.id
  (0274) 6492340
  (0274) 589595

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju