Mitra: Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Daerah Istimewa
PIC: Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T.
Deskripsi
Pembangunan Jalan Tol yang akan melewati Daerah Istimewa Yogyakarta semakin mendekati kenyataan. Rencana trase yang akan digunakan sudah ada, dan bisa menjadi gambaran bagaimana jalan tol nanti akan diwujudkan. Pembangunan jalan tol tidak hanya memberikan dampak pada pergerakan barang dan orang, tetapi juga memberikan dampak tidak langsung bagi daerah di sekitar jalan tol. Dengan potensinya yang sangat besar, keberhasilan mewujudkan jalan tol akan berdampak pada sektor lain yang mendukung aktivitas perekonomian daerah.
Salah satu kawasan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang akan terkena dampak oleh pembangunan jalan tol adalah Kawasan Selokan Mataram. Selokan Mataram merupakan salah satu landmark yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selokan ini sebenamya bukan sungai alami, melainkan sungai buatan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Selokan Mataram dibangun pada masa Jepang atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono IX agar rakyat Yogyakarta terhindar dari kerja paksa penjajah Jepang. Pada masa itu Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja untuk membangun di berbagai daerah. Proyek tersebut terutama untuk memperkuat kedudukan mereka di Nusantara, terlebih dalam menghadapi pihak sekutu yang sewaktu-waktu menyerang. Agar rakyat Yogyakarta tidak dipekerjakan sebagai romusha di berbagai daerah, Sri Sultan HB IX berinisiatif membuat selokan tersebut. Usaha itu membuahkan hasil sehingga rakyat Yogyakarta terhindar dari kerja paksa.
Sesuai tujuannya, hingga saat ini pemanfaatan Selokan Mataram terbatas pada saluran irigasi bagi persawahan yang dilalui Selokan Mataram. Selokan yang berhulu di Sungai Progo di Bendungan Karang Talun, Dusun Ancol, Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang ini kemudian membagi dua alirannya, yaitu saluran Van Der Wijck untuk mengairi persawahan dan perkebunan di daerah Moyudan kemudian ke Selatan serta saluran Selokan Mataram yang berlanjut masuk ke wilayah kota Yogyakarta sampai bermuara di Sungai Opak, Kabupaten Klaten.
Selokan Mataram memiliki jalan inspeksi yang digunakan sebagai akses untuk melakukan inspeksi terhadap saluran irigasi tersebut. Jalan inspeksi tersebut berada di sepanjang selokan mataram, pada sisi samping selokan. Keberadaan jalan inspeksi yang cukup lebar juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai akses berkendara ke berbagai lokasi tujuan.
Tumbuh sebagai jalur perdagangan yang sangat ramai membuat selokan mataram sebagai kawasan yang sangat “sibuk”. Setiap harinya hilir mudik kendaraan lewat dan tak jarang menimbulkan kemacetan di beberapa lokasi. Semua perubahan yang terjadi pada kawasan selokan mataram selama ini juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti pencemaran air selokan oleh buangan air limbah, genangan air hujan di jalan, banjir yang terjadi di selokan akibat dari aliran permukaan air hujan yang masuk ke selokan mataram, dan dampak negatif lainnya.
Kawasan Selokan Mataram tidak hanya mencakup pada selokan dan jalannya saja, namun juga mencakup wilayah permukiman penduduk di sekeliling Selokan Mataram. Peningkatan jalan inspeksi menjadi jalan yang dapat digunakan masyarakat sebagai akses ke berbagai tujuan membuat kawasan di sekitar selokan mataram cepat berkembang sehingga mendongkrak pertumbuhan permukiman dan perdagangan di sekitar kawasan selokan mataram. Hal tersebut berkorelasi dengan dibangunnya sarana prasarana lainnya seperti sekolah, perguruan tinggi, pusat -pusat perbelanjaan dan lain sebagainya.
Dampak adanya jalan tol akan dirasakan khususnya bagi daerah yang dilalui jalan tol, antara lain peningkatan kunjungan wisatawan, perdagangan, dan percepatan pembangunan. Kesiapan dan dukungan pemerintah daerah (pemda) dibutuhkan untuk menyiapkan potensi daerahnya. Oleh karena itu, pemerintah harus berupaya maksimal dan melakukannya secara terencana, sistematis, dan terukur agar pembangunan dan pengembangan jalan tol dapat terlaksana dengan baik.