Mitra: Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK
PIC: Dr. Bachtiar Wahyu Mutaqin, S.Kel., M.Sc.
Deskripsi
Laut memiliki peranan yang sangat penting dan vital bagi kehidupan. Di samping sebagai habitat biota laut, manusia memanfaatkan sumber daya laut baik yang di berada di dalam maupun di atas permukaan perairan laut (Mutaqin et al., 2020a; Mutaqin et al., 2020b; Mutaqin et al., 2020c; Mutaqin, 2020). Namun, tingkat populasi manusia yang meningkat seiring berjalannya waktu mengakibatkan dampak pencemaran yang cukup serius dan mempengaruhi wilayah kepesisiran dan lautan. Pasalnya, menurut Small dan Nicholas (2003), 33% dari jumlah populasi manusia di dunia memiliki aktivitas dan tinggal di wilayah kepesisiran. Kegiatan manusia di wilayah kepesisiran menghasilkan banyak sampah dan jumlahnya secara global terus meningkat (Topcu et al., 2013; Mutaqin et al., 2020b).
Sampah lautan yang berasal dari kegiatan manusia menjadi salah satu permasalahan global yang menjadi fokus perhatian United Nation Environment Assembly (Maximenko et al., 2017; Mutaqin et al., 2020b). Sebagian besar dari sampah lautan ini merupakan sampah plastik dan mikroplastik yang tidak dapat terurai dalam waktu yang lama (Reisser et al., 2013; Maximenko et al., 2017). Mikroplastik adalah fragmen plastik kecil yang berukuran kurang dari <5 mm yang masuk ke dalam lautan dan mencemari biota laut yang menjadi konsumsi manusia. Sampah ini masuk ke dalam laut melalui aliran sungai dan beberapa melalui kejadian bencana seperti tsunami (Maximenko et al., 2017). Polusi sampah laut ini banyak dikontribusikan oleh negara-negara Asia, termasuk Indonesia dengan, misalnya, Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu dan DAS Progo yang masuk sebagai 20 besar sungai yang berkontribusi dalam polusi plastik sampah laut (Gambar 1) (Lebreton et al., 2018).
Indonesia merupakan negara kedua terbesar dalam penghasil sampah plastik di dunia dengan pengelolaan sampah yang buruk, dengan hanya 5% kegiatan pengurangan sampah (Jambeck et al., 2015; Purwaningrum, 2016). Selain itu, banyak sungai di Indonesia yang tercemar sampah sebagai akibat kurangnya kesadaran masyarakat dan juga diakibatkan oleh banyaknya penduduk yang tinggal dan beraktifitas di bantaran sungai (Indrawati, 2011). Hal ini menyebabkan perlunya pemantauan terhadap sampah yang terbawa sampai laut, lalu endapan dari sampah tersebut ke wilayah kepesisiran perlu dimodelkan untuk mengetahui lokasi pantai yang terdampak oleh sebaran sampah laut ini untuk mitigasi kerusakan lingkungan, pencemaran biota laut dan flora kepesisiran, serta perencanaan kebersihan lingkungan kepesisiran untuk mendukung pariwisata.
