• UGM
  • Geografi UGM
  • IT Center
  • Etalase Kerja Sama Dalam Negeri
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Geografi
Unit Kerja Sama Dalam Negeri
  • Tentang
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Susunan Anggota
  • Etalase Kerja Sama
    • Etalase Riset dan Kerja Sama
    • Executive Training
    • Informasi Kerja Sama
      • Mitra Kerja Sama
      • Panduan Kerja Sama (SOP)
      • Laporan Kerja Sama
      • Agenda
  • Peta Kerja Sama
  • Kontak
  • Beranda
  • Produk
  • Informasi Geospasial Tematik Derivatif Berbasis AI untuk Mendukung Hilirisasi

Informasi Geospasial Tematik Derivatif Berbasis AI untuk Mendukung Hilirisasi

  • 12 Desember 2024, 17.48
  • Oleh: ukdn.geo
  • 0

Mitra: Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
PIC: Dr. Nur Mohammad Farda., M.Cs

Kategori: GeoBigData dan GeoAI Tag: 2024, Fakultas Geografi UGM; Geografi UGM, SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan, SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG 9: Industri Inovasi dan Infrastruktur, SDGs
  • Deskripsi

Deskripsi

Saat ini, kebutuhan data informasi geospasial menjadi krusial terutama untuk menunjang perencanaan dan pengambilan keputusan. Kebutuhan informasi geospasial dasar seperti penggunaan lahan, ketinggian, dan jaringan jalan, menjadi beberapa data yang mutlak digunakan dalam perencanaan, baik tata ruang maupun perencanaan wilayah. Kombinasi dari data informasi geospasial dasar, dapat diturunkan menjadi data geospasial tematik yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan secara lebih spesifik berdasarkan kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi.

Informasi tematik turunan dari data geospasial telah banyak dilakukan, salah satunya untuk menunjang kebutuhan informasi kesesuaian lahan, maupun keperluan bisnis dan investasi, sebagaimana studi yang dilakukan oleh Singh (2016) yang menggunakan data geospasial untuk menentukan lokasi pengembangan bisnis baru. Selain itu, Zimmermannova et al. (2021) mengelaborasi pentingnya data geospasial untuk memastikan keberlanjutan (sustainability) dalam pengembangan bisnis dan investasi tetap terjaga. Ke depan, penggunaan teknologi geospasial akan menjadi salah satu aspek yang dibutuhkan dalam perencanaan kota pintar (Sharma et al.,2021). Hal ini menunjukkan pentingnya pengembangan informasi geospasial tematik yang mampu mendukung proses perencanaan ke depan.

Tantangan utama dalam hilirisasi data dan teknologi geospasial dalam proses perencanaan adalah ekstraksi informasi secara cepat dan akurat. Data geospasial memiliki unsur big data dimana 1 (satu) data dapat memiliki banyak informasi dalam bentuk atribut atau ukuran yang besar. Selain itu, variasi dari informasi data geospasial juga sangat besar sehingga ekstraksi informasi dari geospatial big-data menjadi tantangan tersendiri untuk dapat memaksimalkan informasi turunan yang dihasilkan dengan menggunakan teknik ekstraksi yang bervariasi. Variasi data  geospasial  yang  besar  juga  menjadi  tantangan  dalam  hal pemanfaatannya untuk mendukung pengembangan wilayah menuju Indonesia Emas 2045. Variasi hasil ekstraksi informasi geospasial nantinya turut dapat menjadi akserator untuk melakukan pemerataan dan pertumbuhan wilayah melalui ketercapaian informasi dan analisa mendalam untuk masing-masing karakteristik wilayah. Oleh karena itu, pengembangan bidang kecerdasan buatan, menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan untuk ekstraksi informasi secara cepat dan akurat melalui kapabilitasnya untuk memahami pola sebaran data dan memisahkan pola data tersebut menjadi informasi yang diinginkan.

Secara lebih lanjut dalam hal penggunaan informasi geospasial untuk mencapai Indonesia Emas 2045, pemerataan dan pertumbuhan menjadi urgensi tersendiri agar dapat mencapai kondisi tangguh, mandiri, dan inklusif. Berbagai tantangan muncul dari fenomena masyarakat dalam upaya mencapai kondisi tersebut. Pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2020-2030 Indonesia mengalami masa bonus demografi. Hal ini tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi maupun sosial, namun juga lingkungan. Hal-hal tersebut mengarahkan pada diperlukannya fasilitas hidup untuk masyarakat Indonesia. Tingginya areal lahan yang dikonversi menjadi area mukim maupun objek lainnya untuk mendukung hajat hidup masyarakat mengarahkan pada perkembangan wilayah dan permukiman yang semakin dinamis. Ruang terbuka hijau yang menjadi area yang diwajibkan ada dalam suatu perencanaan wilayah menjadi terancam keberadaannya karena tingginya konversi lahan. Atas hal ini, informasi geospasial big data dengan penggunaan artificial intelligence atau GeoAI turut dapat menjadi solusi untuk mengkaji perkembangan wilayah dan permukiman. Secara lebih lanjut kemudian ketersediaan dan perencanaan ruang terbuka hijau dapat dianalisis.

Produk Terkait

  • Kajian Kemiskinan Dan Penanggulangannya di Kabupaten Kutai Kartanegara

    Baca selengkapnya
  • Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Seruyan Tahun 2025-2045

    Baca selengkapnya
  • Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2025-2029

    Baca selengkapnya
  • Penyusunan Draft Peraturan Walikota Tentang Penegasan Batas Kelurahan di Tujuh Kemantren Kota Yogyakarta

    Baca selengkapnya

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Universitas Gadjah Mada

UNIT KERJA SAMA DALAM NEGERI
Unit Kerja Sama Dalam Negeri, KLMB Lt. 5, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
  ukdn.geo@ugm.ac.id
cc: geografi@ugm.ac.id
  (0274) 6492340
  (0274) 589595

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju