Mitra: Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
PIC: Dr. Nur Mohammad Farda., M.Cs
Deskripsi
Saat ini, kebutuhan data informasi geospasial menjadi krusial terutama untuk menunjang perencanaan dan pengambilan keputusan. Kebutuhan informasi geospasial dasar seperti penggunaan lahan, ketinggian, dan jaringan jalan, menjadi beberapa data yang mutlak digunakan dalam perencanaan, baik tata ruang maupun perencanaan wilayah. Kombinasi dari data informasi geospasial dasar, dapat diturunkan menjadi data geospasial tematik yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan secara lebih spesifik berdasarkan kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi.
Informasi tematik turunan dari data geospasial telah banyak dilakukan, salah satunya untuk menunjang kebutuhan informasi kesesuaian lahan, maupun keperluan bisnis dan investasi, sebagaimana studi yang dilakukan oleh Singh (2016) yang menggunakan data geospasial untuk menentukan lokasi pengembangan bisnis baru. Selain itu, Zimmermannova et al. (2021) mengelaborasi pentingnya data geospasial untuk memastikan keberlanjutan (sustainability) dalam pengembangan bisnis dan investasi tetap terjaga. Ke depan, penggunaan teknologi geospasial akan menjadi salah satu aspek yang dibutuhkan dalam perencanaan kota pintar (Sharma et al.,2021). Hal ini menunjukkan pentingnya pengembangan informasi geospasial tematik yang mampu mendukung proses perencanaan ke depan.
Tantangan utama dalam hilirisasi data dan teknologi geospasial dalam proses perencanaan adalah ekstraksi informasi secara cepat dan akurat. Data geospasial memiliki unsur big data dimana 1 (satu) data dapat memiliki banyak informasi dalam bentuk atribut atau ukuran yang besar. Selain itu, variasi dari informasi data geospasial juga sangat besar sehingga ekstraksi informasi dari geospatial big-data menjadi tantangan tersendiri untuk dapat memaksimalkan informasi turunan yang dihasilkan dengan menggunakan teknik ekstraksi yang bervariasi. Variasi data geospasial yang besar juga menjadi tantangan dalam hal pemanfaatannya untuk mendukung pengembangan wilayah menuju Indonesia Emas 2045. Variasi hasil ekstraksi informasi geospasial nantinya turut dapat menjadi akserator untuk melakukan pemerataan dan pertumbuhan wilayah melalui ketercapaian informasi dan analisa mendalam untuk masing-masing karakteristik wilayah. Oleh karena itu, pengembangan bidang kecerdasan buatan, menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan untuk ekstraksi informasi secara cepat dan akurat melalui kapabilitasnya untuk memahami pola sebaran data dan memisahkan pola data tersebut menjadi informasi yang diinginkan.
Secara lebih lanjut dalam hal penggunaan informasi geospasial untuk mencapai Indonesia Emas 2045, pemerataan dan pertumbuhan menjadi urgensi tersendiri agar dapat mencapai kondisi tangguh, mandiri, dan inklusif. Berbagai tantangan muncul dari fenomena masyarakat dalam upaya mencapai kondisi tersebut. Pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2020-2030 Indonesia mengalami masa bonus demografi. Hal ini tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi maupun sosial, namun juga lingkungan. Hal-hal tersebut mengarahkan pada diperlukannya fasilitas hidup untuk masyarakat Indonesia. Tingginya areal lahan yang dikonversi menjadi area mukim maupun objek lainnya untuk mendukung hajat hidup masyarakat mengarahkan pada perkembangan wilayah dan permukiman yang semakin dinamis. Ruang terbuka hijau yang menjadi area yang diwajibkan ada dalam suatu perencanaan wilayah menjadi terancam keberadaannya karena tingginya konversi lahan. Atas hal ini, informasi geospasial big data dengan penggunaan artificial intelligence atau GeoAI turut dapat menjadi solusi untuk mengkaji perkembangan wilayah dan permukiman. Secara lebih lanjut kemudian ketersediaan dan perencanaan ruang terbuka hijau dapat dianalisis.