Mitra: Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Barito
PIC: Dr. M. Pramono Hadi, M.Sc.
Deskripsi
Banjir Kalimantan Selatan Januari 2021 berdampak pada 13 wilayah kabupaten dan menjadi isu nasional. Cuaca ekstrem dengan intensitas hujan yang tinggi selama 3 hari (12-14 Januari 2021) telah memicu limpasan yang melebihi kapasitas tampung aliran sungai. Sebagai langkah mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap kejadian serupa, maka dilakukan kajian ilmiah terkait Analisis Mikro Zonasi Banjir di Kalimantan Selatan yang melingkupi 4 DTA yaitu DTA Balangan, Barabai, Riamkiwa, dan DTA Maluka. Kajian ini memiliki arti penting sebagai dasar menentukan langkah strategis dan rekomendasi kebijakan dalam rangka pengurangan risiko bencana berbasis DAS.
Tujuan kajian ini adalah 1) menganalisis tipologi dan mekanisme banjir pada DTA Balangan, Barabai, Riamkiwa, dan DTA Maluka Provinsi Kalimantan Selatan 2) menganalisis mikro-zonasi banjir dengan metode pemodelan limpasan HEC-RAS (Hydrologic Engineering Center’s -River Analysis System) pada DTA Balangan, Barabai, Riamkiwa, dan DTA Maluka Provinsi Kalimantan Selatan. Tipologi dan mekanisme banjir dianalisis berdasarkan metode tabulasi silang antara survei lapangan dengan pengamatan bukti-bukti banjir dan pengukuran morfometri sungai menggunakan instrumen UAV (Unmanned Aerial Vehicle), DGPS (Differential Global Positioning System), laser ace, depth finder serta wawancara terhadap warga terdampak banjir. Model HEC-RAS digunakan untuk membangun besaran debit limpasan berbasis skenario CN (Curve Number) kondisi normal dan CN kondisi ekstrem (jenuh), simulasi distribusi, serta visualisasi kedalaman genangan banjir untuk setiap DTA.
Hasil kajian mengidentifikasi keterdapatan 3 tipologi banjir di 4 DTA yaitu banjir luapan sungai (DTA Balangan dan DTA Riamkiwa), kombinasi banjir luapan sungai dan banjir bandang (DTA Barabai), dan kombinasi banjir luapan dan banjir rob (DTA Maluka). Berdasarkan hasil HEC-RAS genangan banjir di DTA Balangan tersebar pada bagian tengah dan hilir pada bentuklahan dataran bergelombang (undulating plain) dan lembah (valley). Genangan di DTA Barabai tersebar pada bagian tengah dan terparah pada bagian hilir pada bentuklahan dataran sungai yang menyatu (coalescent inland riverine plains). Genangan di DTA Riamkiwa tersebar pada bagian tengah dan terparah pada bagian hilir pada bentuklahan dataran sungai yang menyatu (coalescent inland riverine plains).
Genangan di DTA Maluka tersebar merata di bagian hulu sampai hilir karena terletak pada bentuklahan muara yang menyatu (coalescent estuarine). Rekomendasi yang dapat
diberikan berdasarkan hasil analisis adalah (1) perlu adanya edukasi dan sosialisasi batasan jasa lingkungan hutan terhadap suatu kejadian banjir, (2) metode yang diterapkan dapat dijadikan standar operasional prosedur dalam kajian sidik cepat mikro zonasi banjir wilayah lain, (3) perlu dilakukan inventarisasi data terkait penyediaan data hujan (Weather Station) dan aliran (AWLR), serta data morfometri sungai, (4) perlu koordinasi dengan instansi BMKG terkait dengan pembacaan data hujan dan ambang batas hujan pada kejadian ekstrem, (5) setiap DTA memiliki tipologi banjir yang berbeda, sehingga antisipasi dan penanggulangan memerlukan perhatian khusus, (6) kegiatan pemulihan DTA dilakukan berdasarkan Koefisien Regim Aliran (KRA), (7) hasil pemodelan dapat dikaitkan dengan kegiatan RHL, sehingga dapat digunakan sebagai evaluasi kegiatan RHL di suatu DTA.