• UGM
  • Geografi UGM
  • IT Center
  • Etalase Kerja Sama Dalam Negeri
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Geografi
Unit Kerja Sama Dalam Negeri
  • Tentang
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Susunan Anggota
  • Etalase Kerja Sama
    • Etalase Riset dan Kerja Sama
    • Executive Training
    • Informasi Kerja Sama
      • Mitra Kerja Sama
      • Panduan Kerja Sama (SOP)
      • Laporan Kerja Sama
      • Agenda
  • Peta Kerja Sama
  • Kontak
  • Beranda
  • Produk
  • Analisis Mikro Zonasi Banjir di DTA Barabai, DTA Riamkiwa, dan DTA Maluka Provinsi Kalimantan Selatan

Analisis Mikro Zonasi Banjir di DTA Barabai, DTA Riamkiwa, dan DTA Maluka Provinsi Kalimantan Selatan

  • 12 Januari 2022, 12.50
  • Oleh: dikiakhyar
  • 0

Mitra: Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Barito
PIC: Dr. M. Pramono Hadi, M.Sc.

Kategori: Bencana
  • Deskripsi

Deskripsi

Banjir Kalimantan Selatan Januari 2021 berdampak pada 13 wilayah kabupaten dan menjadi isu nasional. Cuaca ekstrem dengan intensitas hujan yang tinggi selama 3 hari (12-14 Januari 2021) telah memicu limpasan yang melebihi kapasitas tampung aliran sungai. Sebagai langkah mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap kejadian serupa, maka dilakukan kajian ilmiah terkait Analisis Mikro Zonasi Banjir di Kalimantan Selatan yang melingkupi 4 DTA yaitu DTA Balangan, Barabai, Riamkiwa, dan DTA Maluka. Kajian ini memiliki arti penting sebagai dasar menentukan langkah strategis dan rekomendasi kebijakan dalam rangka pengurangan risiko bencana berbasis DAS.

Tujuan kajian ini adalah 1) menganalisis tipologi dan mekanisme banjir pada DTA Balangan, Barabai, Riamkiwa, dan DTA Maluka Provinsi Kalimantan Selatan 2) menganalisis mikro-zonasi banjir dengan metode pemodelan limpasan HEC-RAS (Hydrologic Engineering Center’s -River Analysis System) pada DTA Balangan, Barabai, Riamkiwa, dan DTA Maluka Provinsi Kalimantan Selatan. Tipologi dan mekanisme banjir dianalisis berdasarkan metode tabulasi silang antara survei lapangan dengan pengamatan bukti-bukti banjir dan pengukuran morfometri  sungai  menggunakan  instrumen  UAV  (Unmanned Aerial  Vehicle),  DGPS (Differential Global Positioning System), laser ace, depth finder serta wawancara terhadap warga terdampak banjir. Model HEC-RAS digunakan untuk membangun besaran debit limpasan berbasis skenario CN (Curve Number) kondisi normal dan CN kondisi ekstrem (jenuh), simulasi distribusi, serta visualisasi kedalaman genangan banjir untuk setiap DTA.

Hasil kajian mengidentifikasi   keterdapatan 3 tipologi banjir di 4 DTA yaitu banjir luapan sungai (DTA Balangan dan DTA Riamkiwa), kombinasi banjir luapan sungai dan banjir bandang (DTA Barabai), dan kombinasi banjir luapan dan banjir rob (DTA Maluka). Berdasarkan hasil HEC-RAS genangan banjir di DTA Balangan tersebar pada bagian tengah dan hilir pada bentuklahan dataran bergelombang (undulating plain) dan lembah (valley). Genangan di DTA Barabai tersebar pada bagian tengah dan terparah pada bagian hilir pada bentuklahan dataran sungai yang menyatu (coalescent inland riverine plains). Genangan di DTA Riamkiwa tersebar pada bagian tengah dan terparah pada bagian hilir pada bentuklahan dataran sungai yang menyatu (coalescent inland riverine plains).

Genangan di DTA Maluka tersebar merata di bagian hulu sampai hilir karena terletak pada bentuklahan muara yang menyatu (coalescent estuarine). Rekomendasi yang dapat

 

diberikan berdasarkan hasil analisis adalah (1) perlu adanya edukasi dan sosialisasi batasan jasa lingkungan hutan terhadap suatu kejadian banjir, (2) metode yang diterapkan dapat dijadikan standar operasional prosedur dalam kajian sidik cepat mikro zonasi banjir wilayah lain, (3) perlu dilakukan inventarisasi data terkait penyediaan data hujan (Weather Station) dan aliran (AWLR), serta data morfometri sungai, (4) perlu koordinasi dengan instansi BMKG terkait dengan pembacaan data hujan dan ambang batas hujan pada kejadian ekstrem, (5) setiap DTA memiliki tipologi banjir yang berbeda, sehingga antisipasi dan penanggulangan memerlukan perhatian khusus, (6) kegiatan pemulihan DTA dilakukan berdasarkan Koefisien Regim Aliran (KRA), (7) hasil pemodelan dapat dikaitkan dengan kegiatan RHL, sehingga dapat digunakan sebagai evaluasi kegiatan RHL di suatu DTA.

Produk Terkait

  • Laporan Rencana Penanggulangan Bencana Kota Salatiga Tahun 2022-2026

    Baca selengkapnya
  • Peninjauan Ulang Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Kediri

    Baca selengkapnya
  • Kajian Risiko Bencana Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2022 – 2026

    Baca selengkapnya
  • Kajian Perlindungan Kawasan Karst di Kecamatan Dander, Bubulan dan Temayang Kabupaten Bojonegoro

    Baca selengkapnya

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Universitas Gadjah Mada

UNIT KERJA SAMA DALAM NEGERI
Unit Kerja Sama Dalam Negeri, KLMB Lt. 5, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
  ukdn.geo@ugm.ac.id
cc: geografi@ugm.ac.id
  (0274) 6492340
  (0274) 589595

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju